Top Ad unit 728 × 90

Breaking news

random

Asal Muasal Nama Dari Kecamatan Wiradesa

ADIPATI WIROTO / WIRADESA JAYENGRONO 1 (RADEN QOSIM)
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menceritakan tentang sejarah Wiradesa.
Dulu di Wiradesa ada seorang Bupati, bukan sekadar Bupati tapi juga Ulama,namanya Raden Qosim.
Raden Qösim adalah Putranya Raden Husaìn Among Negoro Bupati Pasuruan yang dimakamkan di Sapuro Pekalongan.
Raden Husain putranya
Tejo Bukuh atau Aryo Bukuh atau Raden Bukùh putranya
Aryo Hadiningrat (Bupati Sedayu ke-2) putranya
Aryo Hadiningrat ke-1 Bupati Sedayu putranya
Pangeran Gampang atau Adipati Gampang putranya
Sayid Abdul Qodir putranya
Panembahan Nur Rahmat (Sunan Sendang dhuwur) yang makamnya di Desa Sendangdhuwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan (Jawa timur).
Raden Nur Rohmat adalah wali di zaman Kerajaan Demak yang beristrikan RA. Tilarsih, cucu Sunan Kudus (Raden Ja'far Shodiq).
Di Pekalongan berjulukan Raden Jayeng Rono ke-1 ( Raden Qosim).
Wiradesa itu Kota Wali,Desa Wali ,Ulama dan Bupati.
Putranya Jayeng Rono ke-1 adalah Raden Jayeng Rono ke-2 putranya yang satu menjadi Bupati Batang bernama Bupati Sedo Rawuh,dinamai Sedo Rawuh karena sesudah menikahkan Putranya dengan Bupati Kendal waktu mau kembali sampai dipertengan Kendal-Pekalongan wafat di Masjid ketika menjalankan Shalat Tahajud.
Putra Pertamanya menjadi Bupati Pekalongan,keturunanya banyak ulama-ulama diantaranya Mbah Muhammad Idris ,termasuk putranya Jayeng Rono.
Itu wali Minal Aulia illah yang juga menjadi Gurunya Mbah Sholeh Darat Semarang, Gurune kesepuhan Ulama-Ulama Pekalongan.
Bisa melahirkan seorang tokoh yang luar biasa yang terkenal dengan nama Mbah Muhammad Idris atau Penghulu Idris.
Banyak sekali Wali-wali di Wiradesa,karena sudah ada cikal bakalnya ,terutama yang dimakamkan dibelakang Masjid Agung Wiradesa.
Tidak cukup sebagai Ulama saja,Beliau juga termasuk pejuang yang gigih dalam melawan Belanda.
Kita perlu mengetahui riwayat hidupnya para pewaris Kanjeng Nabi Saw. .
Seumpama kalau tidak dikhouli dan diperingati bagaimana caranya pemuda-pemuda yang mengerti akan sejarahnya para pendahulu.
Kemudian Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bertanya,apa maksudnya Padang Bulan?
Padang Bulan artinya Kanjeng Nabi yang diharapkan pada tanggal 14,
Padange koyo rino,karena terang sekali seperti siang hari.
Rembulane sing awe awe,mengajak kepada kita semua,ayo manfaatkan hidup ketika masih ada umur.
ngèlèk ake ojo turu sòrè ,ayò manfaatkan umur ini untuk kebaikan,kebaikan dalam agama, kebaikan dalam perintah agama dan menuruti perintahnya agama, mana yg manfaat untuk umat, mana yang manfaat untuk tetangga kita,mana yang manfaat untuk bangsa.
Persiapan untuk apa?
Kanggo sebo mengko sorè,
ketika dipanggil Gusti Allah Atau masa tua datang.
Selanjutnya Beliau mengakhiri mauidhahnya dengan shalawat syi'ir padang bulan Sampai akhir. Wallahu a'lam(spd)
اللهمَّ صلِّ على سيِّدنا محمَّد وعلى آلِÙ‡ وصحبِÙ‡ وسلِّÙ…
Mauidhah khasanah oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam acara Maulidurrasul SAW di Wiradesa Pekalongan.
Sumber : Fb
Baca Juga
Asal Muasal Nama Dari Kecamatan Wiradesa Reviewed by amat xcool on 8:38:00 PM Rating: 5

No comments:

All Rights Reserved by PAC IPNU-IPPNU KEC. WIRADESA © 2015 - 2016
Designed by SaSaThemes

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini